Gunung Gamalama
Perkenalan saya dengan Maluku Utara dimulai pada tahun 2011. Pada saat itu ayah saya yang merupakan seorang TNI ditugaskan di Ternate, dan kemudian dipindah tugaskan lagi ke Tobelo, Halmahera Utara. Baru pada saat ayah saya bertugas di Tobelo inilah saya berkesempatan untuk mengunjunginya. Sebagai seorang anak muda yang lahir dan besar di Jawa, perjalanan 'pulang' kerumah orang tua saya di Tobelo menjadi sebuah petualangan tersendiri. Ingatan melayang pada buku sejarah jaman SD yang menceritakan kedatangan bangsa Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris. Tentang perjuangan Sultan Baabulah melawan VOC. Tentang gunung Gamalama yang dijadikan Dorce sebagai nama belakangnya. Tentang indahnya pemandangan Maitara yang dijadikan gambar pada uang seribu rupiah. Belum lagi soal kapal perang Toshimaru di Halmahera, Keindahan Pulau Kakara di Tobelo, dan Keindahan pantai Dodola di Morotai. Semua membuat darah petualangan saya mendidih. Sayangnya saya hanya beberapa hari saja berada disana, sehingga hanya ada beberapa objek saja yang sempat saya kunjungi.
Julukan Maluku Manise memang tidak berlebihan jika diberikan untuk daerah yang memiliki wilayah perairan berwarna hijau kebiruan ini. Setiap orang yang pernah berkunjung kesini pasti ingin kembali kesini lagi. Seperti saya, yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada provinsi baru ini. Masyarakatnya yang ramah, alam yang tiada habisnya saya kagumi, makanan lokal yang memanjakan lidah. Jadi ingat lirik lagu yang pernah dinyanyikan oleh sahabat saya orang Ambon, "Cuma satu beta pung janji.. Beta pasti bale..".